top of page
#InKAMing

Eksplorasi KAMA UI di Dieng-Liyangan: Jejak Sejarah yang Memukau!

Penulis : Vilda Zahra

Penyunting: Ziana Naz Zahra Hidayat


Gambar 1. Eksplorasi KAMA ke Dieng-Liyangan, 2023

(Sumber: Dokumentasi KAMA, 2023)


Hai, semuanya! Siapa yang sudah tidak sabar dengan update perjalanan kami ke situs-situs arkeologi dan tempat bersejarah lainnya? Sekarang, kami akan mengulas kembali perjalanan kami ke Dieng-Liyangan dan sekitarnya yang penuh dengan situs arkeologinya, nih! Pada awal Juli tahun 2023, Keluarga Mahasiswa Arkeologi Universitas Indonesia atau yang biasa disingkat dengan KAMA UI, berkesempatan untuk melakukan kunjungan situs arkeologi di daerah Dieng-Liyangan dan sekitarnya. Buat kamu yang suka healing ke daerah dingin sambil menikmati view pegunungan, bisa banget dicoba, loh!


Untuk menuju Dataran Tinggi Dieng, kami berangkat dari Kampus UI di Depok saat pagi hari menggunakan mobil dengan waktu tempuh sekitar sembilan jam. Setelah sembilan jam, kami tidak langsung melakukan kunjungan situs, mengingat hari yang sudah malam, sehingga kami beristirahat terlebih dahulu di penginapan kami di daerah Liyangan.


Keesokan paginya, kami memulai kunjungan ke Situs Percandian Dieng yang berada di daerah dataran tinggi. Dari penginapan hingga ke situs tersebut dibutuhkan waktu sekitar satu jam sampai satu setengah jam jika memang sedang macet. Dalam perjalanan, kami disuguhkan pemandangan Gunung Sindoro yang sangat indah.


Sebelum membahas candi-candinya, ada baiknya kita kenalan dulu, nih, mengenai asal mula kata Dieng. Dieng sendiri berasal dari kata Di dan Hyang yang berarti tempat leluhur atau dewa. Kira-kira, tahu, nggak, dewa siapa? Yup, jawabannya Dewa Siwa, karena memang candi-candi di sini bercorak Hindu-Saiva. Candi-candi yang berhasil kami kunjungi ada Candi Arjuna dengan Candi Semar sebagai perwaranya; Candi Puntadewa, Candi Srikandi, dan Candi Sembadra. Menurut yang disampaikan oleh Prof. Agus, candi di dieng memiliki pola 1 candi induk + 1 candi perwara.


Gambar 2. Situs Dharmasala

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023)


Di belakang percandian ini juga terdapat Situs Dharmasala, yakni batuan-batuan yang tersusun membentuk pondasi tanpa dinding dan atap yang tiangnya terbuat dari kayu. Situs Dharmasala berguna sebagai pertemuan keagamaan atau tempat istirahat bagi yang akan melaksanakan peribadatan. Yang paling menarik adalah ujungnya terdapat dua sumur yang sampai sekarang airnya masih ada, loh! Namanya Sendang Sedayu dan Sendang Maerokoco. Konon katanya, air dari sumur ini masih terjaga kesuciannya. Karena kesuciannya pula, air dari sumur ini masih digunakan dalam ritual-ritual keagamaan, sebagai contoh air ini digunakan saat terselenggaranya acara Dieng Culture Festival.


Gambar 3. Candi Gatotkaca

(Sumber: Dokumentasi KAMA, 2023)


Selanjutnya, ada Candi Gatotkaca dan Candi Bima. Izinkan kami membahas Candi Gatotkaca dulu, ya. Candi ini letaknya agak di depan, di dekat pintu masuk. Yang unik dari candi ini adalah denahnya. Kenapa, ya, denahnya unik? Karena denahnya ini berbentuk bujur sangkar dan di dalamnya juga masih ada yoni, loh!


Gambar 4. Candi Bima

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023)


Nah, sedangkan untuk Candi Bima, letaknya agak menyendiri, dengan jarak sekitar 5 menit dari kompleks percandian Dieng dan dekat dengan objek wisata Kawah Sikidang. Candi Bima dibangun pada klasik tua sekitar abad 8-10 M, memiliki 3 relung, dan memiliki denah yang sama dengan Candi Gatotkaca, yaitu berbentuk bujur sangkar.


Gambar 5. Situs Liyangan

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023)


Situs selanjutnya yang menjadi tujuan utama kami yakni Situs Liyangan. For your information, tempat penginapan kami letaknya di samping Situs Liyangan. Dari penjelasan Prof. Agus, Situs Liyangan merupakan pemukiman kuno para rsi di kaki Gunung Sindoro yang kemungkinan bercorak Hindu Kairya. Situs ini memiliki 3 tingkatan, tingkat pertama terdapat petirtaan, tingkat kedua terdapat vedi sebagai tungku pemujaan, dan tingkat ketiga terdapat lapik yang arcanya tidak ada. Sebagai pemukiman kuno, di situs ini juga ditemukan beras sisa-sisa pertanian yang sudah terkena proses pembakaran, alu (ulekan) dan kemuncak.


Eits, kunjungan situs kami tidak berhenti di sini saja, loh! Selain dua tempat tujuan utama, kami juga mengunjungi situs-situs yang lainnya. Yuk, tetap disimak!


Gambar 6. Prasasti Gondosuli

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023)


Gambar 7. Candi Gondosuli

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023)


Nah, situs selanjutnya yang kami kunjungi adalah Prasasti dan Candi Gondosuli. Kalian tahu, nggak, Gondosuli artinya apa? Gondosuli berarti “ruangan yang harum”, yang mana merujuk pada Buddha. Namun, sebenarnya, situs ini bercorak Hindu karena ditemukan yoni di reruntuhan candinya. Situs Gondosuli juga terdapat prasasti yang berasal dari sekitar abad ke-8 M berbahasa Melayu Kuno yang dituliskan pada sebuah batu asli yang sangat besar.


Gambar 8. Candi Pringapus

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023)


Berlokasi di Desa Pringapus, Temanggung. Candi Pringapus merupakan candi bercorak Hindu Saiva yang berasal dari abad ke-8 M. Candi Pringapus memiliki 8 relief kepala dan pada dinding candi banyak berhiaskan untaian-untaian bunga (guirlande), sulur-suluran (purnakalasa), antefix, dan relief burung yang menggambarkan kasih sayang dari perlambangan Kamadewa, sang Dewa Asmara. Terlepas dari ukurannya yang cukup besar, Candi Pringapus merupakan candi perwara dari candi induk yang masih terkubur di dalam tanah. Terbayang, nggak, sih, seberapa besar candi induknya?


Gambar 9. Candi Setapan

(Sumber: Dokumentasi KAMA, 2023)


Lokasi Candi Setapan terletak di sebuah bukit di Desa Bagusan, Temanggung, yang merupakan vihara bernafaskan agama Buddha. Ciri kebuddhaan pada candi ini dapat dilihat dari adanya temuan dwi stupa dan relief belalai gajah. Bentuk dari kebiasan megalitik dapat terlihat dari bentuk punden berundak yang dimiliki candi ini. Tepat di depan candi terdapat lapangan yang sangat luas yang letaknya dibawah bukitnya, yang kemungkinan digunakan para biksu sebelum melakukan peribadatan di vihara.


Gambar 10. Situs Tuk Bimo Lukar

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023)


Kalau kamu dari arah Wonosobo, saat ingin ke Percandian Dieng, pastinya kamu akan melihat tulisan besar bertuliskan situs ini, yang letaknya nggak jauh dari gapura selamat datang. Sumber air dari petirtaan ini dipercaya berasal dari Sungai Serayu yang berfungsi sebagai tempat penyucian diri. Konon katanya, air dari petirtaan ini bisa bikin kamu awet muda, loh! Menurut mitosnya pula, sungai ini dibuat oleh Bima, sang anggota Pandawa.


Jadi, itulah situs-situs yang berhasil kami kunjungi di Kunjungan Situs 2023 bersama KAMA UI. Dari yang sudah disebutkan tadi, ada situs yang sudah pernah kamu kunjungi belum, nih? Kalau belum, kalian bisa banget buat masukin situs-situs tersebut ke dalam wishlist yang harus dikunjungi saat liburan nanti. Sampai bertemu di inKAMing selanjutnya!



 

32 views0 comments

Comments


bottom of page