Penulis: Arifa Rachmawati
Editor: Diannisa NR
Apakah yang terlintas dibenak kalian ketika mendengar kata “museum”? Kuno? Menyeramkan? Atau membosankan? Adakah diantara kalian yang belum pernah sama sekali berkunjung ke museum? Atau bahkan kalian tidak tahu apa itu museum?
Menurut International Council of Museums (ICOM), museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan, dan kenyamanan. Selain untuk menyimpan, merawat, dan mengamankan benda warisan budaya, museum juga dapat dijadikan sebagai destinasi wisata. Salah satu destinasi wisata museum yang terkenal yaitu Kawasan Kota Tua Jakarta. Bangunan-bangunan museum yang berdiri di kawasan ini mencerminkan ciri khas bangunan pada masa kolonialisme, diantaranya yaitu Museum Fatahillah, Museum Wayang, serta Museum Seni Rupa dan Keramik.
Gambar 1. Museum Wayang
(Dokumentasi Pribadi)
Museum wayang adalah salah satu museum yang terletak di Kawasan Kota Tua Jakarta. Museum ini dulunya merupakan sebuah bangunan gereja Belanda yang dikenal dengan nama De Oude Hollandsche Kerk. De Oude Hollandsche Kerk sempat dipugar dan berubah nama menjadi De Nieuwe Hollandsche Kerk. Pada masa itu, De Nieuwe Hollandsche Kerk digunakan sebagai tempat peribadatan para penduduk sipil dan tentara-tentara Belanda yang tinggal di Batavia. Pada tahun 1808, gereja ini hancur akibat gempa bumi yang mengguncang wilayah Batavia untuk kemudian dibangun kembali dengan gaya Neo-Renaisans.
Gambar 2. Miniatur Gereja Baru Belanda di Museum Fatahillah
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3. De Nieuwe Hollandsche Kerk (Sumber: http://www.atlasofmutualheritage.nl/nl/Gezicht-nieuwe-Hollandsce-kerk-Batavia.7029)
Setelah dibangun kembali, bangunan gereja ini dialihfungsikan oleh Gubernur Jenderal Belanda terakhir yang bernama Tjarda van Starkenborgh Stachouwer menjadi bangunan yang bergerak di bidang ilmu pengetahuan dengan nama De Oude Bataviasche Museum atau dikenal juga sebagai “Museum Batavia Lama”. Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI) kemudian mengubah nama museum menjadi “Museum Djakarta Lama”. Pada Pemerintahan Gubernur Ali Sadikin, museum ini diresmikan pada 13 Agustus 1975 dengan nama barunya yaitu “Museum Wayang”.
Gambar 4. Koleksi Museum Wayang (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Museum wayang mengoleksi berbagai jenis wayang yang ada di Indonesia, topeng, dan boneka-boneka yang berasal dari negara tetangga. Selain itu, pada bagian dalam museum ini juga terdapat sebuah taman kecil dengan sembilan buah prasasti yang tertuliskan nama-nama pejabat Belanda yang dimakamkan di halaman gereja. Salah satu nama yang tertulis yaitu Jan Pieterszoon Coen yang merupakan seorang Gubernur Jenderal yang pernah berhasil menguasai kota Jayakarta.
Gambar 5. Prasasti di Taman Museum Wayang (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Makam-makam yang dulunya berada di halaman gereja itu kemudian dipindahkan ke daerah Kebon Jahe yang kini dikenal sebagai Museum Taman Prasasti. Pemindahan tersebut dikarenakan halaman gereja yang sudah penuh. Sehingga pada taman ini hanya terdapat beberapa prasasti yang menggambarkan nisan dari para pejabat yang pernah dimakamkan di halaman gereja.
Referensi:
Dimyati, Edi. (2013). Wisata Kota Tua Jakarta, pp. 173-175. Gramedia Pustaka Utama.
Dimyati, Edi. (2013). 47 Museum Jakarta, pp. 63-61. Gramedia Pustaka Utama.
Dwiharti, Wieke. (2013). Jakarta Panduan Wisata Tanpa Mal, pp. 149-150. Gramedia Pustaka Utama.
Kahn, Rebecca. (2020). Corona as Curator: How Museums are Responding to the Pandemic diakses melalui https://elephantinthelab.org/corona-as-curator-how-museums-are-responding-to-the-pandemic/ pada 21 Juli 2020.
Munandar, Aris Agus. dkk. (2011). Sejarah Permuseuman di Indonesia, pp. 25-26. Direktorat Permuseuman, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Comments