top of page
Writer's pictureKAMA FIB UI

Kabupaten Ogan Komering Ulu Pintu Gerbang Migrasi Ras Australomelanesid dan Mongolid

Updated: Oct 5, 2023

Penulis: Rafly Adli Krisdianto

Editor: Naufal Abimanyu Wihastomo


Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) merupakan kabupaten di Sumatera Selatan dimana wilayahnya memiliki sebaran karst yang cukup luas, dalam bentuk memanjang atau kantong-kantong yang dikelilingi oleh batuan vulkanis. Sebagai wilayah yang letaknya di wilayah barat Indonesia yakni di Pulau Sumatra, Kabupaten OKU seharusnya menjadi salah satu ‘pintu gerbang’ untuk manusia yang bermigrasi. Hipotesis tersebut kemudian dibuktikan dengan banyaknya temuan gua maupun ceruk alam yang pernah dihuni oleh manusia prasejarah di wilayah tersebut, serta ditemukan berbagai temuan yang menyimpan informasi mengenai manusia penghuninya.

Pada akhir kala Pleistosen hingga kala Holosen, manusia prasejarah yang tinggal di Sumatra khususnya wilayah Kabupaten OKU diperkirakan tinggal di gua dan ceruk alami yang tersebar di wilayah perbukitan karst. Bila dilihat dari sudut keamanan dan kondisi iklim pada kala awal Holosen, gua dan ceruk telah menarik manusia kala itu untuk tinggal di dalamnya. Tinggal menetap di gua dan ceruk ini secara tidak langsung mempengaruhi cara hidup manusia pada kala awal Holosen.

Hunian manusia di Sumatera berdasarkan sisa-sisa manusia yang ditemukan menunjukkan hunian yang berasal dari akhir zaman es sekitar 11.000 tahun yang lalu. Migrasi pertama datang dari utara, mungkin berasal dari daratan Asia Tenggara, yang merupakan migrasi ras Australomelanesid ke arah selatan, hingga mereka mendiami bukit-bukit kerang di pantai timur Sumatra Utara sekitar 10.000 tahun yang lalu. Pergerakan migrasi ras ini agaknya berakhir sampai di situ. Pada periode berikutnya, sekitar 3.500 tahun yang lalu, sebuah populasi yang berbeda secara fisik, yaitu ras Mongoloid, menggantikan mereka. Pada mulanya sangat logis ditafsirkan bahwa pendudukan Sumatra oleh manusia berdasarkan temuan rangka ras Mongoloid tersebut merupakan bagian dari teori “Out of Taiwan”, dalam perjalanan migrasinya ke Madagaskar melalui Sulawesi, Kalimantan, Jawa, dan Sumatra. Akan tetapi, berdasarkan penanggalan radiometrik terhadap bukti-bukti arkeologis di gua-gua dan dataran tinggi di Jambi yang menunjukkan usia yang sama tuanya dengan budaya Austronesia di Sulawesi, yaitu sekitar 3.500 tahun yang lalu, ditafsirkan bahwa hunian manusia di Sumatera mempunyai alur migrasi tersendiri di luar jalur “Out of Taiwan”, mungkin pergerakan migrasi dari daratan Asia Tenggara ke arah selatan melalui Sumatera. Data terbaru seperti itu telah memberikan penafsiran baru pula, bahwa persebaran ras Mongoloid ini tidak hanya terjadi di bagian timur Indonesia (jalur Taiwan-Filipina-Sulawesi), tetapi juga di bagian barat Indonesia (Sumatra). Sisa-sisa manusia yang ditemukan baik di Gua Harimau maupun Gua Selabe dan Gua Putri, merupakan bukti pergerakan jalur baru tersebut.

Manusia prasejarah dengan ras Australomelanesid dan ras Mongoloid yang pernah tinggal di wilayah perbukitan karst di Kabupaten Ogan Komering Ulu telah menunjukkan bahwa manusia pada kala itu bisa memanfaat keadaan alam sebagai tempat untuk berlindung, ditandai dengan semakin intensifnya penelitian yang dilakukan oleh Puslitarkernas dan Balai Arkeologi Palembang dapat menemukan jejak-jejak hunian prasejarah di wilayah Ogan Komering Ulu. Manusia prasejarah dengan ras Australomelanesid dan ras Mongoloid yang berada di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu dapat dipastikan bahwa mereka tinggal di situs hunian tertutup, seperti gua dan ceruk alam pada lingkungan karst (batuan kapur). Pemilihan gua dan ceruk ini tentu dipilih dengan alasan, dimana gua dipilih sebagai tempat hunian merupakan bukti kearifan dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu yang berada di kawasan bukit karst ini memiliki karakteristik yang unik. Dengan adanya gua dan gua payung, maka wilayah tersebut telah menyediakan tempat hunian yang nyaman dan aman serta dapat langsung digunakan oleh manusia ras Australomelanesid dan ras Mongoloid pada masa prasejarah.

Foto Gua Harimau (Sumber foto: southeastasianarchaeology.com)


Di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) sendiri telah banyak ditemukan bukti keberadaan kedua ras tersebut seperti temuan di Gua Harimau, Gua Selabe 1, dan Gua Ulu Tianko di Jambi. Di Situs Gua Harimau, ditemukan rangka-rangka manusia yang dapat dibedakan menjadi dua kelompok ras, dengan jumlah kerangka yang ditemukan berjumlah 78 kerangka. Temuan rangka manusia yang ditemukan di situs Gua Harimau ini juga menjelaskan tentang penyakit-penyakit yang pernah dijangkit oleh manusia prasejarah tersebut, sebagai contoh adalah penyakit karies gigi. Adanya penyakit karies gigi ini sangat mungkin disebabkan oleh model alimentasi (diet/pola makan) dari ras Mongoloid atau masyarakat Neolitik yang lebih bertumpu pada bahan makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Selain itu, terdapat juga beberapa identifikasi penyakit lainnya seperti sifilis, lepra, tuberkulosis, serta berupa gejala patologis osteoartritis yang merupakan kasus paleopatologi yang umum ditemukan pada sisa-sisa manusia dari situs arkeologi.

Kerangka manusia yang ditemukan di Gua Harimau (Sumber foto: southsumatratourism.com)


Pada penelitian di situs Gua Selabe 1 yang dilakukan pada tahun 2003 dan 2004, ditemukan hunian dari Pre-neolitik (hasil budaya ras Australomelanesid) sekitar 5.700 tahun yang lalu yang dicirikan oleh pembuatan alat-alat serpih dan perburuan fauna darat. Hunian berlanjut ke periode Neolitik (hasil budaya ras Mongoloid) sekitar 2.700 tahun yang lalu, ditandai oleh munculnya tembikar bercampur dengan unsur-unsur budaya Preneolitik yang masih bertahan. Pada lapisan paling atas terdapat benda-benda logam yang merupakan perkembangan lanjut dari Neolitik.

Dari penjelasan-penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu memiliki bentang alam yang sangat bervariasi, dibuktikan dengan keberadaan bukit-bukit karst yang tersebar di wilayah ini. Pada kawasan karst inilah ditemukan banyak gua dan ceruk yang sebagian besar pernah dihuni manusia prasejarah, yang diperkirakan didominasi oleh ras Austromelanesoid dan ras Mongoloid. Manusia-manusia prasejarah dapat berada di wilayah perbukitan karst, Kabupaten Ogan Komering Ulu, karena adanya proses migrasi ke Pulau Sumatra. Proses migrasi tersebutlah yang menyebabkan tibanya manusia prasejarah dengan ras Australomelanesid dan ras Mongoloid di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu, yang pada akhirnya membangun suatu pola kehidupan bahkan dapat menciptakan suatu kebudayaan.


Daftar Pustaka

Simanjuntak, Truman, ed. (2015). Gua Harimau dan Perjalanan Panjang Peradaban OKU. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soejono, R.P. (2010). Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka.

Kurniawan, Aloysius B. (2016). Mempelajari Kehidupan Leluhur dari Gua Harimau. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Wiradnyana, Ketut. (2011). Prasejarah Sumatera Bagian Utara; Kontribusinya Pada Kebudayaan Kini. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Widianto, Harry, dkk. (2020). Tribute bagi Prof. Dr. Bagyo Prasetyo - Prasejarahku Untukmu, Indonesiaku. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Prasetyo, Bagyo. (2014). Perkembangan Budaya Akhir Pleistosen-Awal Holosen di Nusantara. KALPATARU, Majalah Arkeologi. 23(1): 1-80.

Wiradnyana, Ketut. (2014). Membangun Hipotesis dari Puncak Kebudayaan Awal Holosen dan Neolitik di Sumatra Bagian Utara. Forum Arkeologi. 27(3): 197-206.

Gunn, John, ed. (2004). Encyclopedia of Caves and Karst Science. New York: Taylor and Francis Books, Inc.

Lee, Natuschka M., Daniela B. Meisinger, Roman Aubrecht, Lubomir Kovacik, Cesareo Saiz Jimenez, Sushmita Baskar, Ramanathan Baskar, Wolfgang Liebl, Megan L. Porter, dan Annette Summers Engel. (2012). “Cave and Karst Environments.” Dalam Life at Extremes: Environments, Organisms and Strategies for Survival, disunting oleh Elanor M. Bell, 320–44. London: CAB International.

Jati, Slamet Sujud Purnawan. (2013). Prasejarah Indonesia: Tinjauan Kronologi dan Morfologi. SEJARAH DAN BUDAYA. 7(2): 20-30.

Moechtar, Herman, dkk. (2007). Sedimentologi dan Stratigrafi Holosen Dataran Pantai Medan - Belawan Sekitarnya, Sumatera Utara. JURNAL GEOLOGI KELAUTAN. 5(2): 99-111.

Wiradnyana, Ketut. (2012). Indikasi Pembaruan Budaya Hoabinh dan Austronesia di Pulau Sumatra Bagian Utara. BAS. 15(1): 99-118.

Bellwood, P. (2007). Prehistory of the Indo-Malaysian Archipelago. USA: University of Hawaii Press.

Butzer, Karl W. (1982). Archaeology as Human Ecology; Method and Theory For a Contextual Aproach. USA: Cambridge University Press.


78 views0 comments

Comentários


bottom of page