Kondisi pandemi COVID-19 yang tidak menunjukkan grafik penurunan telah memberikan dampak bagi sejumlah sektor kehidupan. Salah satu dampak pandemi Covid-19 adalah di bidang pendidikan. Sejak bulan Maret 2020 hingga saat ini pemerintah menerapkan kebijakan PJJ atau Pembelajaran Jarak Jauh. Kebijakan itu tidak hanya mengubah sistem pembelajaran kuliah tatap muka, namun juga unit kegiatan mahasiswa yang terpaksa dilakukan secara online.
Kesulitan juga dirasakan oleh Vania Gita, Mahasiswi Arkeologi 2018, yang tengah menjalani perannya sebagai ketua KAMA atau Keluarga Mahasiswa Arkeologi 2021. Menjalankan kepengurusan di tengah pandemi Covid-19 memiliki dinamika yang beragam, perlu bonding yang kuat agar setiap fungsionaris dapat aktif terlibat meskipun terhalang jarak. Sudah genap empat bulan kabinet ini berjalan, terhitung sejak bulan Maret hingga bulan Juni 2021. Kondisi pandemi memaksa Kabinet Candradimuka terbiasa dengan sistem yang ada. Beberapa penyesuaian sudah dilakukan agar kepengurusan tetap berjalan.
“Belajar bahwa pandemi bergeser medium saja, ketika ada hal-hal yang bisa dimanfaatkan dan dioptimalkan sebisa mungkin kita inovatif. Beberapa kali ada hal hal yang munculnya di tengah-tengah, ‘dijadikan aja di konten youtubenya kama’. Hal-hal yang seperti itu. GD itu perlu, namun ketika ditengah tengah ada inovasi itu jadi hal yang cukup baik juga", ungkap Gita.
Gita membawa kabinet yang dikenal dengan nama Candradimuka. Candradimuka bermakna sebuah kawah yang digunakan sebagai tempat penggemblengan diri agar menjadi pribadi yang lebih kuat, tangkas, dan terlatih lagi. Nama Candradimuka disematkan dalam KAMA 2021 agar dapat menjadi wadah bagi para fungsionaris dalam mengaktualisasikan diri. Pada paruh pertama ini fokus yang ingin ditekankan adalah pada perbaikan internal, bentuk implementasinya berupa upgrading, merapikan susunan administrasi, performance appraisal (penilaian performa) dan di ranah eksternal berupa 'Humas Visit'.
Dalam kepengurusan ini, ada beberapa perombakan di dalam struktur kepengurusan. Di kepengurusan sebelumnya, biro media dan humas masih menjadi satu kesatuan, namun di tahun ini keduanya dipisahkan, mengingat antara humas dan media memiliki tupoksi yang berbeda. Bidang, Divisi, dan Biro yang mengisi kepengurusan dalam periode ini adalah bidang ilmiah terdiri dari divisi ilmiah lapangan dan non ilmiah lapangan ; bidang minat bakat terdiri dari divisi seni, olahraga, dan penerbitan ; adkesma, dan pengmas. Biro terdiri dari biro humas, media, PSDM, danus, dan kestari.
Amara Bittaqwa, Mahasiswi Arkeologi 2020, sekaligus fungsionaris KAMA 2021 menyampaikan bahwa, “Sejauh aku menjadi mahasiswa arkeologi, aku sudah merasakan peran Kabinet Candradimuka. Kabinet ini menjadi wadah yang tepat buat teman-teman KAMA yang mau mengembangkan potensi diri. Tapi sebenernya peran yang aku rasain belum optimal, mungkin karena kepengurusan tahun ini online ya, jadi belum bisa ngerasain kekeluargaan dan kebersamaan secara langsung.”
Menjalani kepengurusan di tengah pandemi memang tidak mudah, perlu waktu untuk pendekatan karena semua serba virtual. Selama empat bulan menjabat sebagai ketua KAMA beberapa hal sudah diupayakan dalam rangka pendekatan kepada seluruh fungsionaris. Pada empat bulan pertama, Gita fokus untuk merangkul teman-teman Pengurus Inti dan Badan Pengurus Harian. Untuk mengenal para pengurus yang dilakukan adalah dengan bergabung di beberapa divisi, mengikuti agenda pertemuan mereka, dan melihat bagaimana divisi tersebut berjalan. Ia juga melakukan pendekatan personal dengan mengikuti akun Instagram, melakukan komunikasi dan interaksi kepada staf sesederhana melalui personal chat zoom.
“Oh, mungkin sempet ada sih ya itu partisipan dikit, nah itu, itu anggepnya bagian dari proses sih, kayak aku ngeh banget bahwa nggak biasa gitu kan di arkeo ada upgrading gitu, jadi ya pelan-pelan gitu. Emang mau mengharapkan 60% kehadiran 70% kehadiran tuh, emang aku dari awal ga expect segitu gitu, jadi emang ya ga mudah kan menerapkan sesuatu hal yang baru gitu”, kata Gita saat ditanya lika-liku di empat bulan kepengurusan.
Tentu saja komunikasi merupakan suatu hal yang penting dalam berjalannya kabinet ini. Meski begitu, kendala sinyal atau kondisi lainnya yang menghambat untuk berkomunikasi juga tidak bisa dipungkiri. Maka dari itu, Gita memiliki beberapa cara untuk mengatasi hal ini, diantaranya dengan menyusun BPH yang terdiri dari dua orang, sehingga ketika terjadi sesuatu kepada salah satu, masih terdapat satu orang yang bisa menjadi back-up. Salah satu masalah yang umum terjadi terkait dengan komunikasi ini adalah terdapat salah satu pengurus yang sulit dihubungi atau bahkan tidak bisa dihubungi. Menurutnya, hal yang dapat dilakukan adalah dengan melihat apakah orang itu masih mengikuti rapat rutin. Jika masih, maka kondisinya masih aman dan masih bisa memberikan kabar. Akan tetapi, jika benar-benar hilang, maka dicoba dengan menghubunginya melalui berbagai cara, termasuk menghubungi keluarga, teman satu paguyuban, atau teman dekat.
Gita berusaha untuk menjaga keterbukaan dan komunikasi antar pengurus. Saat ada suatu program kerja yang terlambat, maka perlu dikomunikasikan terkait alasan keterlambatan tersebut dan menurutnya hal itu bukan merupakan sebuah kegagalan melainkan sebuah penyesuaian. Ia percaya bahwa segala persoalan, terutama yang bersangkutan dengan hal teknis, selama ada teman-teman yang mau melangkah bersama akan terasa lebih mudah dan dapat terselesaikan.
Di akhir, Gita menyampaikan harapannya, “Pengennya KAMA jadi keluarga, nggak hanya sekedar namanya aja keluarga, bener-bener keluarga yang jadi tempat buat cerita, berbagi, dan bisa solve masalah bareng-bareng gitu”
Teks : Inggil Reka Sonia dan Attari
Penyunting : Nayla Alvita
Comments